PUISI-PUISI CINTA KH A. MUSTOFA BISRI (PERSPEKTIF
PSIKOLOGIS) 4947
Puisi tidak (hanya) memberi
informasi tentang sesuatu seperti berita atau artikel, tapi merupakan penuangan
renungan. Maka menulis puisi yang mengandung makna, mesti terlebih dahulu
merenungkan makna apa yang akan dituangkan. Secara etimologis istilah puisi
berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk,
pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun,
menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata
tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut
syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan
(Sitomorang, 1980:10).
Perpuisian sufi-penyair tampaklah
bahwa mereka tidak sekadar mengindahkan bahasa di dalam sajak. Sufi-penyair
dalam menulis sajak agar sampai kepada dunia makna, tidak memulai perjalanannya
dari bahasa atau menyusun dunia kata, melainkan berangkat dari makna itu
sendiri yang tersusun dari pengalaman demi pengalaman mistik yang estetik yang
dialaminya. Bahasa sajak diposisikan hanya sebagai medium dari keindahan
pengalaman mistik yangz mereka alami. Karena pengalaman mistik itu sekaligus
memiliki kualitas pengalaman estetik, maka hal ini yang menuntun bahasa ungkap
mereka menjadi bahasa sajak yang estetik pula.
Begitu pula puisi-puisi cinta KH
Mustofa Bisri (Gus Mus, panggilan akrabnya)—Prespektif Psikologis, selain
sebagai ulama besar di Indonesias, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan
muslim, serta sosok yang memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan
sosial dan politik para ulama. beliau kiai yang bersahaja, bukan kiai yang
ambisius. Ia kiai pembelajar bagi para ulama dan umat. Gus Mus dalam menulis
sajak-sajak cinta maupun yang lainnya berpegang prinsip keislaman pada syahadad
lailllahaillah (tiada Tuhan selain Allah)—merupakan ungkapan jiwa dalam
mendekat kepada Allah yang disebut sebagai kekasih. saya ingin menulis, tulis
saja. Saya tidak terpengaruh oleh orang-orang yang memiliki teori sastra. Asal
Tuhan tidak melarang, saya lakukan saja, inilah yang membuat lebih leluasa
tidak ada yang mempengaruhi saya menulis. Sehingga tidak menjadikan beban tidak
terikat oleh aturan maupun estetika sastra. Terserah orang mau bilang apa,
dikatakan puisi atau tidak silahkan. Dengan berpegang prinsip itu, Gus Mus
menjadi enak untuk menulis puisi cinta asalkan tidak melanggar dzat Allah. DOWNLOAD
FILE LENGKAPNYA
1 komentar:
gak bisa di download?
Posting Komentar