Get this gadget at facebook popup like box

Sabtu, 17 Desember 2011

PENGARUH TRADISI HAUL KH. ABDURAHMAN TERHADAP KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MRANGGEN DEMAK 4603


PENGARUH TRADISI HAUL KH. ABDURAHMAN TERHADAP KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MRANGGEN DEMAK 4603


Dari perspektif sejarah, eksistensi tradisi haul tidak bisa dipisahkan dari sejarah dakwah Islam yang dilakukan di Desa Mranggen, Kabupaten Demak. Tradisi tersebut merupakan simbol sosial yang dipraktekkan di sana untuk menyebarkan ajaran Islam melalui pendekatan sosial. Dalam tradisi ini prinsip familiar dibangun oleh seluruh lapisan masyarakat yang dipimpin oleh seorang kyai. Karena kontribusi dari pemimpin agama sangat signifikan, maka tradisi haul tersebut di satu sisi memiliki identitas budaya, sekaligus tradisi keagamaan serta di sisi lain memiliki dimensi sosial.
Haul yang dalam bahasa Arab berarti tahun, dalam masyarakat Indonesia, khususnya Jawa mempunyai arti yang sangat khusus, yaitu suatu upacara ritual keagamaan untuk memperingati meninggalnya seseorang yang ditokohkan dari para wali, ulama atau kyai. Haul merupakan salah satu tradisi yang berkembang kuat di kalangan Nahdliyin. Berbentuk peringatan kematian seseorang setiap tahun. Biasanya dilakukan tepat pada hari, tanggal dan pasaran kematian. Tradisi haul sedianya diiringi dengan tiga hal kegiatan yaitu: 1) ziarah kubur. 2) manaqib dan tahlil. 3) pengajian umum.
Penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian lapangan kualitatif. Di mana hasil penelitian akan dijelaskan secara deskriptif dengan menggunakan analisis nonstatistik (analisis deskriptif), karena data yang diwujudkan dalam skripsi ini berbentuk laporan atau uraian deskriptif kualitatif. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: observasi, interview, dokumentasi, tahap kritik sumber, tahap interpretasi dan tahap historiografi. Setelah data terkumpul maka dianalisis dengan menggunakan metode analisa deskriptif kualitatif yaitu suatu analisa penelitian yang dimaksudkan untuk mendiskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat.
Setelah melakukan penelitian maka diketahui bahwa: latar belakang adanya tradisi haul Syeikh KH. Abdurrahman adalah berawal dari para alumni santri pondok pesantren Futuhiyyah yang menganggap Syeikh KH. Abdurrahman sebagai guru ngaji serta sebagai mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah selanjutnya untuk mengenang jasa beliau sebagai pendiri pondok pesantren Futuhiyyah maka diadakannya haul, di samping itu haul Syeikh KH. Abdurrahman adalah sebuah wasiat dari Syeikh KH. Muslih Abdurrahman Al-Maraqi untuk mengenang jasa-jasa beliau dan meneladani amaliyah serta kebaikan-kebaikan beliau dalam segala aspek kehidupan sehari-hari maka dari itu haul harus diadakan setiap tahun. Inisiatif ini kemudian didukung dari pihak keluarga bani Abdurrahman. Sehingga pada setiap tanggal 12 Dzulhijah di Mranggen diselenggarakan acara haul KH. Abdurrahman yang berlangsung selama kurang lebih 7 hari. Tradisi ini berlangsung hingga sekarang. Sedangkan tata cara pelaksanaan tradisi haul dalam kegiatan ini dibagi dalam tiga fase yaitu: a) Fase sebelum pelaksanaan. b) Fase pelaksanaan. c). Fase pasca pelaksanaan. Kemudian pelaksanaan haul ditinjau dari aqidah Islam pada hekekatnya peringatan haul bukan semata-mata menjadikan dan meyakini kubur sebagai masjid, menjadikan dan meyakini kubur sebagai tempat yang layak diminta berkahnya juga bukan menjadikan dan meyakini kubur sebagai tempat pemujaan kepada mayit. Akan tetapi peringatan haul bertujuan untuk meneladani amaliyah dan kebaikan-kebaikan dari orang yang dihauli, dengan harapan agar segala amaliyah baik semasa hidupnya akan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pengajian Minggu Pahing Jam'iyyah Surat al-Waqi'ah Sunan Kalijaga dan Pengaruhnya terhadap Pemahaman Aqidah Islam di Masyarakat Desa Purwosari Kec. Patebon Kab. Kendal 4526
Pembinaan ibadah merupakan penyempurnaan diri dalam beraqidah sehingga ibadah menjadi menambah keyakinan dalam kebenarannya. Dengan kata lain semakin tinggi ibadah seseorang, maka akan semakin tinggi pula keimanan orang tersebut. Dari sini, maka bentuk ibadah yang dilakukan seseorang bisa dikatakan cermin atau bukti nyata dari aqidahnya.DOWNLOAD FILE LENGKAPNYA

0 komentar:

Posting Komentar