Get this gadget at facebook popup like box

Sabtu, 17 Desember 2011

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI'AH DAN MU'TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) 4516


KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI'AH DAN MU'TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) 4516

Setiap manusia secara naluri suatu kebenaran dan tidak ingin perselisihan, apalagi pertumparan darah. Namun terkadang perselisihan ini diwujudkan demi prinsip yang dianutnya, inilah yang terjadi diawal-awal agama Islam. Mula-mula Islam berselisih tenteng peganti Nabi Muhammad sebagai kepala Negara, seperti kita lihat dalam sejarahnya, peganti pertama Abu Bakar, kemudian beliau digantikan oleh sayyidina Umar, selanjutnya khalifah Ustman kemudian khalifah Ali. Diawal-awal ada perselisihan, namun bisa diselesaikan dan didamaikan lagi karena umat Islam pada waktu itu masih mempunyai pemahaman di mana Islam itu turun.
Pada pemerintahan khalifah Ustman, banyak umat Islam yang tidak setu menyeju atau berselisih tentang pemerintahannya, lebih tepatnya tidak menerimanya yang kemudian oleh umat Islam memberontaknya yang pada akirnya khalifah Ustman terbunuh. Bermula dari sinilah, mulai ada perselisihan-perselisihan. Kemudian khalifah Ali, terjadi perang Jamal dan perang Siffin, pada perang Siffin terjadi tahkim antara khalifah Ali dan Mu'awiyah. Dari peristiwa tahkim inilah mulai perselisihan dan perpecahan terjadi yang menyebabkan terbentuknya aliran-aliran baru dalam Islam.
Aliran Khawarij, tidak menerimanya dan keluar darinya dan berpendapat bahwa orang-orang yang menerima hokum tahkim dikatakan kafir, karena tidak menghukumi dengan hukum Allah, yaitu al-Qur'an. Mula-mula perselisihan terjadi dalam politik, tapi kemudian berubah dalam persoalan teologi, yaitu masalah dosa besar dan kemudian berubah siapa yang masih dikatakan mukmin dan siapa yang tidak mukmin (kafir).
Aliran Khawarij mengatakan kafir pada mereka yang menerima tahkim, kaum Murji'ah menangguhkan persoalan-persoalan tersebut pada hari qiamat dan mereka tetap mukmin yang sempurna imannya. Kaum Mu'tazilah tidak mengatakan mukmin lengkap atau kafir lengkap, tetapi bertempat di antara dua posisi. Dari masing-masing aliran ada kelebihan dan kekurangannya. Kaum Muirji;ah tidak ingin perselisihan terjadi sehingga mengambil sikap tidak memihak, artinya tidak ingin memperkeruh kaadaan atau tidak ingin mempersulit diri. Jadi ada jiwa ketenangan dalam melihat kadaan tersebut, karena iman menurutnya ada di dalam hati dan perbuatan-perbuatan yang buruk atau jahat tidak mempengaruhi keimanannya sama sekali. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari apa yang menjadi prinsip kaum Murji'ah.
Kaum Mu'tazilah mengambil langkah terhadap kadaan tersebut, karena iman tidak hanya di dalam hati saja, tetapi juga perbuatan-perbuatan maka Mu'tazilah mengatakan, mereka berada di antara dua posisi tempat. Hal ini terbukti pada cara yang mereka gunakan yaitu mengajak mereka dan bahkan memaksa mereka supaya mengikuti apa yang menjadi prinsipnya atau ajaran-ajarannya. Karena cara yang digunakan identik dengan kekerasan maka tidak disenangi oleh golongan lain.
Sikap Mu'tazilah yang keras dan memaksa dan Murji'ah yang mebiarkan pada orang-orang yang tidak mengikutinya, jika digabungkan dan menurut penulis, seseorang hanya berkewajiban menyampaikan apa yang menjadi ade atau prinsipnya, dan mereka mengikuti atau tidak itu merupakan haknya pribadi masing-masing dan tidak boleh dipaksakan agar mengikutinya. Karena bagamana pun harus ada sifat saling toleransi atau saling mengormati agar terjadi ukuwah islamiya dan perdamaian dalam umat Islam. DOWNLOAD FILE LENGKAPNYA

0 komentar:

Posting Komentar