Get this gadget at facebook popup like box

Minggu, 18 Desember 2011

MALAIKAT DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN MUHAMMAD HUSEIN THABATHABA'I DALAM TAFSIR AL-MIZAN DAN FAKHR AR-RAZI ALAM TAFSIR MAFATIH AL-GHAIB) 3800


MALAIKAT DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN MUHAMMAD HUSEIN THABATHABA'I DALAM TAFSIR AL-MIZAN DAN FAKHR AR-RAZI ALAM TAFSIR MAFATIH AL-GHAIB) 3800

Malaikat bagi masyarakat pada umumya adalah satu makhluk yang misterius, makhluk yang mengerikan dan tidak bisa dicapai dengan alat indera. Mereka memiliki sayap yang jumlahnya ratusan hingga ribuan sayap. Mereka makhluk yang diciptakan Allah dengan bentuk-bentuk yang unik. Maka dari situ muncul satu kecenderungan masyarakat terhadap pemahaman malaikat yang hanya bersifat personal. Artinya bahwa masyarakat mempersonkan malaikat dengan makhluk yang bertubuh
Maka dari pemahaman masyarakat di atas, lalu muncul satu pertanyaan besar bagaimana sebenarnya pemahaman dan penafsiran malaikat menurut al-Qur'an dalam bingkai penafsiran Thabathaba'i dan ar-Razi, dua mufassir yang dalam hal ini mewakili dua periode tafsir. Kemudian bagaimana persaman dan perbedaan yang mendasari atas penafsirannya terhadap malaikat, serta bagaimana pula relevansi penafsiran keduanya dalam konteks ke-kinian ? Dari semua itu kemudian penulis menggunakan satu metode analitik yang menitik beratkan pada pendekatan komparatif, interpretatif dan historis.
Thabathaba'i adalah salah satu mufasir yang menawarkan satu metode tafsir al-Qur'an bi al-Qur'an dengan pendekatan ra'yu dan menitik beratkan pada aspek filosofis dan sosiologis, sehingga penafsiran tentang malaikat yang ditawarkannyapun cenderung rasional. Hal ini dapat dilihat dari penafsirannya yang mengatakan bahwa pada hakikatnya malaikat adalah esensi nur begitu menurut Thabathaba'i meskipun mereka tetap menjadi satu ciptaan yang memiliki fungsi dan tugas sebagai perantara Allah dengan alam semesta (alam musyahadah). Dengan kata lain penafsirannya tentang malaikat ditafsirinya dengan satu bentuk yang non materi (personal imaterial). Sedang ar-Razi salah satu mufasir yang menawarkan satu metode yaitu analitik dan menitik beratkan pada pola tafsir bil matsur dan bi ra'yi, menurutnya malaikat bukanlah esensi yang bersifat ruhani bukan pula esensi jasmani atau bukan pula kedua-duanya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa ar-Razi memberikan pengertian tentang malaikat sebagai satu watak/keadaan/atau karakter yang non materi (impersonal imaterial).
Malaikat diciptakan untuk mengatur segala urusan sebagaimana di dalam al-Qur'an dikatakan " wa al mudabbirati amra" (QS. an-Nazi'at : 79: 5) dan
"tanazzalul mala'ikatu warruhu fihaa bi idzni rabbihii min kulli amr" (al-Qadar: 97: 4), kemudian Allah menciptakannya dengan penuh kekuatan dan masing-masing berfungsi dalam tugasnya yaitu mengemban missi Tuhan. Maka tidak heran mereka disebut dalam al-Qur'an sebagai ibadun mukramun. Beitupun sebenarnya manusia yang Allah pilih sebagai ciptaan yang paling sempurna dibanding ciptaannya yang lain. Dikatakan karena manusia diciptakan dari jenis yang paling baik daripada yang lain (QS. at-Thin: 95: 5). Predikat khalifah diberikan kepada manusia karena pengetahunnya, Maka sudah sepatutnya manusia berelaborasi dengan dunia para malaikat, kemudian mengambil khikmahnya sebagai ibarah yang terkandung di dalamnya, lalu hal itu akan membawa satu bentuk sikap evaluatif diri dalam tindakan dan perbuatan manusia itu sendiri sehingga manusia menjadi satu makhluk yang beradab dan berperadaban tinggi.
DOWNLOAD FILE LENGKAPNYA

0 komentar:

Posting Komentar