KEKEKALAN AHIRAT DALAM AL-QUR'AN (STUDI TEMATIK DENGAN
PENDEKATAN TEOLOGIS-FILOSOFIS) 3828
Dalam Islam, salah satu bentuk
keyakinan yang fundamental adalah keyakinan tentang adanya hari akhir atau alam
akhirat. Keyakinan ini bahkan salah satu dari enam rukuk iman yang wajib
diimani oleh setiap muslim. Tanpa adanya keyakinan tentang akhirat, maka
seseorang belum dapat disebut sebagai seorang mukmin.
Keimanan kepada Allah dan hari akhir
begitu pentingnya, sehingga seringkali dalam beberapa ayat al-Qur'an dijumpai
beberapa bentuk keimanan kepada Allah dan akhirat dengan tidak menyebutkan
empat rukun iman yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa akhirat merupakan tujuan
pokok dalam konsep eskatologis dalam Islam.
Akhirat merupakan tempat pembalasan
amal kebaikan maupun keburukan. Segala peristiwa yang terjadi di alam dunia
akan mendapatkan konsekuensinya di akhirat kelak. Orang yang durhaka akan
disiksa di neraka, sedangkan orang yang taat akan diberi kenikmatan di surga.
Keduanya, menurut al-Qur'an, akan kekal di dalamnya selama-lamanya.
Namun, keyakinan teologi dalam Islam
menyatakan bahwa sifat kekekalan sepatutnya hanya dimiliki oleh Dzat yang tidak
berpermulaan (qadim) dan tidak berakhir (baqa'). Dialah Allah yang satu-satunya
wajib al-wujud, yakni eksistensinya tidak ditentukan oleh selain-Nya. Inilah
bedanya dengan makhluk yang mumkin al-wujud, yakni eksistensinya membutuhkan
kepada sebab. Secara logika, segala sesuatu yang mumkin tidak akan menyamai
yang wajib.
Allah adalah Khaliq dan selain-Nya
adalah makhluk. Dan makhluk tidak menerima kemungkinan memiliki sifat yang sama
dengan Khaliq. Pernyataan bahwa akhirat adalah kekal tidak dapat disamakan
pengertiannya dengan Allah yang Maha Kekal. Kekekalan yang disematkan pada
akhirat berarti bersifat terbatas, yakni keberlangsungannya tergantung kepada kehendak
yang menjadikannya kekal.
Dalam penelitian yang telah
dilakukan dengan cara kerja tematik, ditemukan bahwa pengertian kekal bukan
berarti kebersinambungan yang tanpa akhir. Beberapa redaksi seperti khuld,
baqa', muqim, qarar, dan lainnya yang disematkan pada akhirat mengindikasikan
adanya bentuk kekekalan yang terbatas, apalagi apabila ditinjau secara
teologis-filosofis yang semakin menguatkan asumsi tersebut.
Penelitian yang dilakukan untuk
mencari pengertian sesungguhnya dari konsep kekekalan akhirat dalam al-Qur'an
ini bersifat library research (studi kepustakaan). Adapun metode yang penulis
gunakan adalah langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, sumber data, baik
primer maupun sekunder. Kedua, teknik pengumpulan data, karena penelitian ini
kepustakaan, maka data-data atau informasi yang diperoleh berasal dari
kepustakaan. Ketiga, metode analisis yang digunakan adalah metode tematik
dengan pendekatan teologis-filosofis. DOWNLOAD
FILE LENGKAPNYA
0 komentar:
Posting Komentar