Get this gadget at facebook popup like box

Minggu, 18 Desember 2011

AJARAN SUNAN KALIJAGA TENTANG MAKRIFAT DALAM SULUK LINGLUNG 3827


AJARAN SUNAN KALIJAGA TENTANG MAKRIFAT DALAM SULUK LINGLUNG 3827


Dalam berbagai literatur sejarah Islam di Indonesia Walisongo merupakan profil wali yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan Islam di Nusantara. Ini dibuktikan dengan berbagai macam prasasti ataupun bangunan-bangunan sejarah yang dibangun oleh para Wali. Di Demak misalnya, terdapat masjid kuno (Masjid Agung Demak) yang merupakan masjid tertua dalam sejarah penyebaran agama Islam di Jawa
Salah satu anggota Walisongo yang memiliki inisiatif untuk lebih bersikap fleksibel dengan tidak menghilangkan budaya dan kepercayaan masyarakat yang telah ada dan terbangun cukup lama adalah Sunan Kalijaga. Hal itu ditunjukkan ketika dalam suatu permusyawaratan, Sunan Kalijaga berpendapat (mengusulkan) bahwa untuk menyebarkan agama Islam, adat istiadat di Jawa seperti selametan, sesaji dan kegemaran orang Jawa (wayang) supaya dibiarkan jalan terus tetapi bersamaan dengan itu diisi dengan ajaran-ajaran keislaman (dengan cara tutwuri hangiseni).
Salah seorang dari keturunan dekat Sunan Kalijaga (Iman Anom) menyadari akan pentingnya eksistensi ajaran-ajaran Sunan Kalijaga yang bersifat universal dalam kitab Duryat. Oleh karena itu, ia mencoba untuk menggubah dan memaparkan isi dari kitab tersebut melalui tata bahasa yang dirangkai sendiri dengan tujuan agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat pada masanya. Melalui usaha maksimal tersebut, keinginan itu terwujud dalam penulisan Suluk Linglung Sunan Kalijaga pada tahun 1884 M atau 1806 caka. Dan kemudian suluk tersebut ditransliterasikan ke dalam huruf latin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Drs. Muhammad Khafid Kasri, dkk.
Makrifat ataupun juga pengertian manunggaling kawula Gusti yang ada dalam setiap jantung wahyu menjadi bentuk perpaduan yang paling sempurna yang dapat ditemukan dalam agama Islam. Perpaduan antara aktifitas lahir dan batin, untuk menuju hakikat hidup yang sebenarnya.
Kebutuhan untuk mengenal dan berinteraksi kepada sang Khaliq merupakan suatu kebutuhan yang urgen seperti halnya kebutuhan makanan, pakaian dan tempat tinggal. Semua aktifitas spiritual itu dalam rangka menjadikan manusia untuk menjadi manusia yang "utuh" (insan kamil). Hidup yang seimbang dalam gerak irama menuju Tuhan dengan ketakwaan dari si pencari hakekat kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar