Get this gadget at facebook popup like box

Sabtu, 17 Desember 2011

PENAFSIRAN MIRZA BASYIRUDDIN MAHMUD AHMAD TERHADAP AYAT-AYAT TENTANG KENABIAN (Studi Tafsir Ahmadiyah: Qur'anum Majid) 4506


PENAFSIRAN MIRZA BASYIRUDDIN MAHMUD AHMAD TERHADAP AYAT-AYAT TENTANG KENABIAN (Studi Tafsir Ahmadiyah: Qur'anum Majid) 4506


Jemaat Ahmadiyah merupakan salah satu gerakan yang banyak mendapat hujatan dan celaan karena beberapa ajarannnya dinilai menyimpang dari ajaran Islam. Maka disini penulis berusaha meneliti salah satu tafsir Ahmadiyah yaitu tafsir Qur'anummajid karya Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad sebagai khalifah ke-II. Sekaligus putra dari pendiri jemaat Ahmadiyah Mirza Ghulam Ahmad.
Penelitian ini berusaha dan bertujuan untuk mengetahui; Bagaimana penafsiran Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad tentang kenabian dalam tafsirnya qur'anummajid dan bagaimana relevansi penafsiran Basyiruddin Mahmud Ahmad dengan kondisi sekarang ini.
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis studi dengan mendasarkan pada penelitian Pustaka ( library research ) dengan metode kualitatif yang mendasarkan data dari sumber -sumber primer maupun sekunder. Yang pertama tentunya karya-karya dari Basyiruddin Mahmud Ahmad yaitu tafsir Quranummajid dan buku-buku penunjang baik dari media cetak maupun audio visual.
Penelitian ini menghasilkan data-data deskriptif berupa rangkaian tulisan dari beberapa buku tentang kenabian terakhir dan penafsiran Basyiruddin Mahmud Ahmad tentang kenabian.
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan, Seorang Nabi dan Rasul akan diutus pada setiap zaman,sehingga setelah rasulullah SAW wafat, kenabian masih tetap berlangsung hingga akhir zaman,ia beranggapan jika kenabian telah selesai, maka kedzaliman akan merajalela dan tiada kedamaian sehingga berakhirlah kehidupan dunia.maka diutuslah Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dengan mengikuti ajaran Rasulullah tanpa harus membawa kitab baru. Tafsir Singkat (Qur'anummajid) karya Basyiruddin adalah kitab tafsir yang penafsirannya lebih banyak didominasi oleh sifat subjektivitas. Dalam menafsirkan beberapa ayat dalam al-Qur'an Basyiruddin Mahmud Ahmad mendukung ajaran Ahmadiyah dengan cara menjadikan mazhab mereka sebagai dasar sedangkan penafsirannya mengikuti paham mazhab tersebut. Relevansi penafsiran Basyiruddin dengan kondisi sekarang yang mengklaim Mirza sebagai nabi, mujaddid, masih, dan mahdi, sesungguhnya pada saat yang tepat. Artinya, keberadaan Mirza sebenarnya sesuai dengan tuntutan zaman dan keadaan. Dengan kata lain, zaman itu sangat membutuhkan kehadirannya. Bukan sebagai nabi tetapi sebagai pembaharu yaitu mengembalikan islam dan mencegah kedzaliman didunia ini. Hal ini tidak dalam pengertian personal. Maksudnya seandainya bukan Mirza, maka dapat dipastikan ada orang lain yang akan membuat pengakuan-pengakuan seperti itu.
Namun demikian kita dapat mengambil manfaat, diantaranya : Dapat mendorong kita untuk lebih taat kepada Allah dan Rasul-Nya tetapi masih tetap dalam konteks yang tidak menyimpang dari ajaran islam, bukan bertujuan untuk menjadi seorang nabi tetapi memotivasi untuk bisa lebih berbuat baik dan beribadah. Dan bertujuan semata-mata belajar dan menuntut ilmu untuk mencari Ridho Allah SWT dan diharapkan dapat mendorong tumbuhnya wawasan jauh kedepan dengan sikap jiwa yang teguh berpegang pada al-Qur'an dan Hadits. DOWNLOAD FILE LENGKAPNYA

0 komentar:

Posting Komentar