PENAFSIRAN MIRZA BASYIRUDDIN MAHMUD AHMAD TERHADAP
AYAT-AYAT TENTANG KENABIAN (Studi Tafsir Ahmadiyah: Qur'anum Majid) 4506
Jemaat Ahmadiyah merupakan salah
satu gerakan yang banyak mendapat hujatan dan celaan karena beberapa ajarannnya
dinilai menyimpang dari ajaran Islam. Maka disini penulis berusaha meneliti
salah satu tafsir Ahmadiyah yaitu tafsir Qur'anummajid karya Mirza Basyiruddin
Mahmud Ahmad sebagai khalifah ke-II. Sekaligus putra dari pendiri jemaat
Ahmadiyah Mirza Ghulam Ahmad.
Penelitian ini berusaha dan
bertujuan untuk mengetahui; Bagaimana penafsiran Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad
tentang kenabian dalam tafsirnya qur'anummajid dan bagaimana relevansi
penafsiran Basyiruddin Mahmud Ahmad dengan kondisi sekarang ini.
Penulisan skripsi ini menggunakan
jenis studi dengan mendasarkan pada penelitian Pustaka ( library research )
dengan metode kualitatif yang mendasarkan data dari sumber -sumber primer
maupun sekunder. Yang pertama tentunya karya-karya dari Basyiruddin Mahmud
Ahmad yaitu tafsir Quranummajid dan buku-buku penunjang baik dari media cetak
maupun audio visual.
Penelitian ini menghasilkan
data-data deskriptif berupa rangkaian tulisan dari beberapa buku tentang
kenabian terakhir dan penafsiran Basyiruddin Mahmud Ahmad tentang kenabian.
Dari hasil penelitian dapat diambil
kesimpulan, Seorang Nabi dan Rasul akan diutus pada setiap zaman,sehingga
setelah rasulullah SAW wafat, kenabian masih tetap berlangsung hingga akhir
zaman,ia beranggapan jika kenabian telah selesai, maka kedzaliman akan
merajalela dan tiada kedamaian sehingga berakhirlah kehidupan dunia.maka
diutuslah Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dengan mengikuti ajaran Rasulullah
tanpa harus membawa kitab baru. Tafsir Singkat (Qur'anummajid) karya
Basyiruddin adalah kitab tafsir yang penafsirannya lebih banyak didominasi oleh
sifat subjektivitas. Dalam menafsirkan beberapa ayat dalam al-Qur'an
Basyiruddin Mahmud Ahmad mendukung ajaran Ahmadiyah dengan cara menjadikan
mazhab mereka sebagai dasar sedangkan penafsirannya mengikuti paham mazhab
tersebut. Relevansi penafsiran Basyiruddin dengan kondisi sekarang yang
mengklaim Mirza sebagai nabi, mujaddid, masih, dan mahdi, sesungguhnya pada saat
yang tepat. Artinya, keberadaan Mirza sebenarnya sesuai dengan tuntutan zaman
dan keadaan. Dengan kata lain, zaman itu sangat membutuhkan kehadirannya. Bukan
sebagai nabi tetapi sebagai pembaharu yaitu mengembalikan islam dan mencegah
kedzaliman didunia ini. Hal ini tidak dalam pengertian personal. Maksudnya
seandainya bukan Mirza, maka dapat dipastikan ada orang lain yang akan membuat
pengakuan-pengakuan seperti itu.
Namun demikian kita dapat mengambil
manfaat, diantaranya : Dapat mendorong kita untuk lebih taat kepada Allah dan
Rasul-Nya tetapi masih tetap dalam konteks yang tidak menyimpang dari ajaran
islam, bukan bertujuan untuk menjadi seorang nabi tetapi memotivasi untuk bisa
lebih berbuat baik dan beribadah. Dan bertujuan semata-mata belajar dan menuntut
ilmu untuk mencari Ridho Allah SWT dan diharapkan dapat mendorong tumbuhnya
wawasan jauh kedepan dengan sikap jiwa yang teguh berpegang pada al-Qur'an dan
Hadits. DOWNLOAD
FILE LENGKAPNYA
0 komentar:
Posting Komentar