AKAL DAN WAHYU DALAM ISLAM (Perbandingan Pemikiran
Antara Muhammad Abduh dan Harun Nasution 4606
Sampai saat ini masih banyak
dijumpai sejumlah kalangan yang berupaya untuk membatasi kerja akal, sekaligus
menerima wahyu sebagai satu-satunya kebenaran. Padahal akal adalah makhluk
Tuhan yang tertinggi dan akallah yang memperbedakan manusia dari binatang dan
makhluk Tuhan lainnya. Perdebatan tentang akal dan wahyu atau termasuk antara
sains dan agama sebanarnya bukan hal yang baru. Dalam konteks Islam, perdebatan
itu melahirkan aliran-aliran ilmu kalam seperti Muktazilah, Jabariah, Qodiriah,
Asy'ariah yang tidak terlepas dari perbedaan pandangan dalam menempatkan akal
dan wahyu.
M.Abduh sebagai seorang pembaharu
dari Mesir dan Harun Nasution sebagai seorang pembaharu dari Indonesia. Mencoba
merubah tatanan pemikiran yang sudah ada (menghilangkan taklid). Yaitu lebih
mengutamakan akalnya dan tidak menyampingkan wahyu. Artinya jika ada ayat-ayat
yang mempunyai makna yang tidak sesuai dengan akal, maka wajib bagi akal untuk
menafsirkan ayat tersebut secara metaforis yaitu makna ayat tersebut
disesuaikan dengan rasio.
Dalam penelitian ini, dibahas
tentang pemikiran M.Abduh dan Harun Nasution tentang akal dan wahyu dalam
Islam. Yaitu dicari perbedaan dan persamaan pemikiran mereka dan relevansi
pemikiran mereka dengan kondisi yang sekarang. Untuk mencapai hasil yang valid
dan dapat diterima semua kalangan, maka dilakukan penelitian secara kualitatif
dengan pendekatan deskriptif
Setelah dilakukan penelitian,
ternyata didapatkan hasil persamaan bahwa keduanya mengajak kepada manusia
untuk melakukan penyelidikan dan penelitian berdasarkan akal terhadap
benda-benda alam yang ada di depan mata. Yaitu untuk mengetahui kebesaran dan
kebenaran Tuhan. Menurut M.Abduh dan Harun Nasution, posisi akal dan wahyu
adalah akal dapat mengetahui adanya Tuhan, dapat mengetahui bahwa manusia wajib
beribadat dan berterima kasih kepada-Nya tetapi akal tak sanggup mengetahui
semua sifat-sifat Tuhan dan tak dapat mengetahui cara yang sebaiknya beribadat
kepada-Nya, wahyulah yang menjelaskan kepada akal cara beribadat dan berterima
kasih kepada Tuhan. Dan akal juga tidak dapat mengetahui perincian dari
kebaikan dan kejahatan. Disinilah fungsi wahyu yaitu menguatkan pendapat akal
melalui sifat sakral dan absolut yang terdapat dalam wahyu. Juga terdapat
perbedaan antara keduanya yaitu dari background pemikiran mereka M.Abduh yaitu
dunia pendidikan, sedangkan Harun Nasution berasal dari politik. Dan sumber yang
digunakan oleh keduanya adalah Al-Qur'an dan Hadis, relevansi pemikiran mereka
pada kondisi yang sekarang terutama kebutuhan manusia akan kehidupannya yaitu
membebaskan diri dari tradisi dan penafsiran-penafsiran yang pada abad
pertengahan dianggap sebagai ajaran agama yang tidak boleh dirubah. Yaitu ide
kebebasan manusia dalam kehendak dan perbuatan, menurut M.Abduh dipengaruhi
oleh ide hukum alam. DOWNLOAD
FILE LENGKAPNYA
0 komentar:
Posting Komentar