Get this gadget at facebook popup like box

Sabtu, 17 Desember 2011

Kontekstualisasi Konsep Basyir dan Nadzir dalam Al-Qura'an (Studi Tematik atas Penafsiran Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab dalam Kitab Tafsir Al-Misbah) 4503


Kontekstualisasi Konsep Basyir dan Nadzir dalam Al-Qura'an (Studi Tematik atas Penafsiran Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab dalam Kitab Tafsir Al-Misbah) 4503


Mendiskusikan konsepsi terminologi ataupun istilah tertentu sebagai sebuah produk kebahasaan akan menjadi sangat menarik ketika dikaitkan dengan kitab suci al-Qur'an. Apalagi jika terminologi tersebut merupakan salah satu bagian dari kosa kata yang dipergunakan oleh al-Qur'an itu sendiri.
Penelitian ini berupaya untuk mengkaji terminologi Basyir dan Nadzir yang memang cukup banyak tersaji dalam berbagai ayat-ayat al-Qur'an, baik melalui kosa kata Basyir dan Nadzir itu sendiri dengan segala derivasinya, maupun melalui ayat-ayat yang secara substantif memiliki muatan dari makna Basyir dan Nadzir, untuk kemudian menyimpulkan konsep al-Qur'an tentang kedua terminologi tersebut dengan menggunakan metode tafsir tematik atau yang lebih dikenal dalam kajian ilmu tafsir sebagai al-Tafsir al-Maudlu'iy.
Dalam skripsi ini, penulis memfokuskan pada masalah kata "Mundzir" berasal dari kata "Andzara"Artinya peringatan", jadi mundzir isim Faail dari Andzara itu yang berarti "Orang yang memberikan peringatan". Biasanya kata-kata Mundzir itu selalu dikaitkan atau didahului oleh kata-kata "Mubassyiir" yang berarti "Memberi kabar gembira,juga bia berartikan kabar petakut"lihat saja Firman Allah "Fabassyirhum Biazaabin Aliim", tapi kata mubassyir otentik dengan kata"Orang yang memberikan khabar gembira karena antara kedua kata itu saling berteman dekat, dan juga dikarenakan Allah pada ayat sebelumnya telah banyak menyebutkan gandengan kedua kata tersebut,jadi tak perlupun disebutkan kabar gembira itu orang sudah akan faham bahwa tugas Rasul itu adalah pemberi kabar gembira dan petakut. Juga dikarenakan, yang paling terpenting dari diutusnya Rasul pada Ummatnya adalah sebagai pembawa peringatan.
Namun demikian, tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab ini corak penafsirannya lebih condong pada tafsir adaby-ijtima'y, yang menitikberatkan pada penjelasan ayat-ayat al-Qur'an dari segi ketelitian redaksinya, kemudian menyusun kandungan ayat-ayat tersebut dalam suatu redaksi yang indah dengan penonjolan tujuan utama dari tujuan-tujuan al-Qur'an yaitu membawa petunjuk dalam kehidupan, kemudian mengadakan penjelasan ayat dengan hukum-hukum yang berlaku dalam masyarakat dan pembangunan. Meskipun ia sendiri tidak pernah mengungkapkan corak tafsir yang disusunnya itu, namun setelah peneliti menelaah lebih mendalam sampai pada mengambil kesimpulan demikian.
Ketika membahas konsep basyir dan nadzir ini menurut M. Quraish Shihab dalam kitab Tafsir al-Misbah memang tidak dijelaskan secara tematis (maudhu'iy) namun secara tahliliy (sesuai urutan ayat). Menurutnya, kata basyir dengan segala derivasinya kebanyakan menunjukkan "berita gembira" dari Allah melalui wahyu yang dibawa nabi Saw, meskipun jika dilihat dari segi siyaq al-kalam dan munasabat al-ayat tidak selamanya menunjukkan bahwa Rasul sebagai "pembawa berita gembira", namun terkadang juga menunjuk "kabar menyedihkan" sebagaimana fungsi nadzir. Sedangkan kata nadzir (pemberi peringatan) sering disebutkan setelah kata basyir dan terkadang sebelum kata basyir. Jika objek yang dihadapi Nabi cenderung kuat pembangkangannya maka pendekatan indzār didahulukan, dan berlaku sebaliknya. Namun ketika nadzir atau basyir disebutkan secara terpisah pada ayat-ayat yang berbeda, maka fokus utamanya adalah pada satu hal, yakni fungsi tabyir (kabar gembira) saja atau indzar (peringatan) saja, meskipun maksud di dalamnya terdapat munasabat (keterkaitan) antara kedua kata tersebut DOWNLOAD FILE LENGKAPNYA

0 komentar:

Posting Komentar