Kontekstualisasi Konsep Basyir dan Nadzir dalam
Al-Qura'an (Studi Tematik atas Penafsiran Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab dalam
Kitab Tafsir Al-Misbah) 4503
Mendiskusikan konsepsi terminologi
ataupun istilah tertentu sebagai sebuah produk kebahasaan akan menjadi sangat
menarik ketika dikaitkan dengan kitab suci al-Qur'an. Apalagi jika terminologi
tersebut merupakan salah satu bagian dari kosa kata yang dipergunakan oleh
al-Qur'an itu sendiri.
Penelitian ini berupaya untuk
mengkaji terminologi Basyir dan Nadzir yang memang cukup banyak tersaji dalam
berbagai ayat-ayat al-Qur'an, baik melalui kosa kata Basyir dan Nadzir itu
sendiri dengan segala derivasinya, maupun melalui ayat-ayat yang secara
substantif memiliki muatan dari makna Basyir dan Nadzir, untuk kemudian
menyimpulkan konsep al-Qur'an tentang kedua terminologi tersebut dengan menggunakan
metode tafsir tematik atau yang lebih dikenal dalam kajian ilmu tafsir sebagai
al-Tafsir al-Maudlu'iy.
Dalam skripsi ini, penulis
memfokuskan pada masalah kata "Mundzir" berasal dari kata
"Andzara"Artinya peringatan", jadi mundzir isim Faail dari Andzara
itu yang berarti "Orang yang memberikan peringatan". Biasanya kata-kata Mundzir itu
selalu dikaitkan atau didahului oleh kata-kata "Mubassyiir" yang
berarti "Memberi kabar gembira,juga bia berartikan kabar
petakut"lihat saja Firman Allah "Fabassyirhum Biazaabin Aliim",
tapi kata mubassyir otentik dengan kata"Orang yang memberikan khabar
gembira karena antara kedua kata itu saling berteman dekat, dan juga
dikarenakan Allah pada ayat sebelumnya telah banyak menyebutkan gandengan kedua
kata tersebut,jadi tak perlupun disebutkan kabar gembira itu orang sudah akan
faham bahwa tugas Rasul itu adalah pemberi kabar gembira dan petakut. Juga
dikarenakan, yang paling terpenting dari diutusnya Rasul pada Ummatnya adalah
sebagai pembawa peringatan.
Namun demikian, tafsir al-Misbah
karya M. Quraish Shihab ini corak penafsirannya lebih condong pada tafsir
adaby-ijtima'y, yang menitikberatkan pada penjelasan ayat-ayat al-Qur'an dari
segi ketelitian redaksinya, kemudian menyusun kandungan ayat-ayat tersebut
dalam suatu redaksi yang indah dengan penonjolan tujuan utama dari
tujuan-tujuan al-Qur'an yaitu membawa petunjuk dalam kehidupan, kemudian
mengadakan penjelasan ayat dengan hukum-hukum yang berlaku dalam masyarakat dan
pembangunan. Meskipun ia sendiri tidak pernah mengungkapkan corak tafsir yang
disusunnya itu, namun setelah peneliti menelaah lebih mendalam sampai pada mengambil
kesimpulan demikian.
Ketika membahas konsep basyir dan
nadzir ini menurut M. Quraish Shihab dalam kitab Tafsir al-Misbah memang tidak
dijelaskan secara tematis (maudhu'iy) namun secara tahliliy (sesuai urutan
ayat). Menurutnya, kata basyir dengan segala derivasinya kebanyakan menunjukkan
"berita gembira" dari Allah melalui wahyu yang dibawa nabi Saw,
meskipun jika dilihat dari segi siyaq al-kalam dan munasabat al-ayat tidak
selamanya menunjukkan bahwa Rasul sebagai "pembawa berita gembira",
namun terkadang juga menunjuk "kabar menyedihkan" sebagaimana fungsi
nadzir. Sedangkan kata nadzir (pemberi peringatan) sering disebutkan setelah
kata basyir dan terkadang sebelum kata basyir. Jika objek yang dihadapi Nabi
cenderung kuat pembangkangannya maka pendekatan indzār didahulukan, dan berlaku
sebaliknya. Namun ketika nadzir atau basyir disebutkan secara terpisah pada
ayat-ayat yang berbeda, maka fokus utamanya adalah pada satu hal, yakni fungsi
tabyir (kabar gembira) saja atau indzar (peringatan) saja, meskipun maksud di
dalamnya terdapat munasabat (keterkaitan) antara kedua kata tersebut DOWNLOAD
FILE LENGKAPNYA
0 komentar:
Posting Komentar