KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI'AH DAN
MU'TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) 4516
Setiap manusia secara naluri suatu
kebenaran dan tidak ingin perselisihan, apalagi pertumparan darah. Namun
terkadang perselisihan ini diwujudkan demi prinsip yang dianutnya, inilah yang
terjadi diawal-awal agama Islam. Mula-mula Islam berselisih tenteng peganti
Nabi Muhammad sebagai kepala Negara, seperti kita lihat dalam sejarahnya,
peganti pertama Abu Bakar, kemudian beliau digantikan oleh sayyidina Umar,
selanjutnya khalifah Ustman kemudian khalifah Ali. Diawal-awal ada
perselisihan, namun bisa diselesaikan dan didamaikan lagi karena umat Islam
pada waktu itu masih mempunyai pemahaman di mana Islam itu turun.
Pada pemerintahan khalifah Ustman,
banyak umat Islam yang tidak setu menyeju atau berselisih tentang
pemerintahannya, lebih tepatnya tidak menerimanya yang kemudian oleh umat Islam
memberontaknya yang pada akirnya khalifah Ustman terbunuh. Bermula dari
sinilah, mulai ada perselisihan-perselisihan. Kemudian khalifah Ali, terjadi
perang Jamal dan perang Siffin, pada perang Siffin terjadi tahkim antara
khalifah Ali dan Mu'awiyah. Dari peristiwa tahkim inilah mulai perselisihan dan
perpecahan terjadi yang menyebabkan terbentuknya aliran-aliran baru dalam
Islam.
Aliran Khawarij, tidak menerimanya
dan keluar darinya dan berpendapat bahwa orang-orang yang menerima hokum tahkim
dikatakan kafir, karena tidak menghukumi dengan hukum Allah, yaitu al-Qur'an.
Mula-mula perselisihan terjadi dalam politik, tapi kemudian berubah dalam
persoalan teologi, yaitu masalah dosa besar dan kemudian berubah siapa yang
masih dikatakan mukmin dan siapa yang tidak mukmin (kafir).
Aliran Khawarij mengatakan kafir
pada mereka yang menerima tahkim, kaum Murji'ah menangguhkan
persoalan-persoalan tersebut pada hari qiamat dan mereka tetap mukmin yang
sempurna imannya. Kaum Mu'tazilah tidak mengatakan mukmin lengkap atau kafir
lengkap, tetapi bertempat di antara dua posisi. Dari masing-masing aliran ada
kelebihan dan kekurangannya. Kaum Muirji;ah tidak ingin perselisihan terjadi
sehingga mengambil sikap tidak memihak, artinya tidak ingin memperkeruh kaadaan
atau tidak ingin mempersulit diri. Jadi ada jiwa ketenangan dalam melihat
kadaan tersebut, karena iman menurutnya ada di dalam hati dan
perbuatan-perbuatan yang buruk atau jahat tidak mempengaruhi keimanannya sama
sekali. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari apa yang menjadi prinsip kaum
Murji'ah.
Kaum Mu'tazilah mengambil langkah
terhadap kadaan tersebut, karena iman tidak hanya di dalam hati saja, tetapi
juga perbuatan-perbuatan maka Mu'tazilah mengatakan, mereka berada di antara
dua posisi tempat. Hal ini terbukti pada cara yang mereka gunakan yaitu mengajak
mereka dan bahkan memaksa mereka supaya mengikuti apa yang menjadi prinsipnya
atau ajaran-ajarannya. Karena cara yang digunakan identik dengan kekerasan maka
tidak disenangi oleh golongan lain.
Sikap Mu'tazilah yang keras dan
memaksa dan Murji'ah yang mebiarkan pada orang-orang yang tidak mengikutinya,
jika digabungkan dan menurut penulis, seseorang hanya berkewajiban menyampaikan
apa yang menjadi ade atau prinsipnya, dan mereka mengikuti atau tidak itu
merupakan haknya pribadi masing-masing dan tidak boleh dipaksakan agar
mengikutinya. Karena bagamana pun harus ada sifat saling toleransi atau saling
mengormati agar terjadi ukuwah islamiya dan perdamaian dalam umat Islam. DOWNLOAD
FILE LENGKAPNYA
0 komentar:
Posting Komentar